Rabu, 11 Mei 2016

PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)

A.   PENGERTIAN PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan tertentu.
Menurut Nana Sujana (1988), dikatakan bahwa CBSA adalah suatu proses belajar-mengajar yang menggunakan berbagai metode yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.
Menrut Misbah Partika (1987), dikatakan CBSA adalah proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode yang menitik beratkan kepada keaktifan yang bersifat fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif dan psikomotor secara optimal.
Bertitik tolak dari beberapa definisi tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan suatu pendekatan yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar dengan menekankan pada keterlibatan kemampuan peserta didik, baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosionalnya sehingga diperoleh hasil belajar yang berupa keteerpaduan antar aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam kesatuan pribadi peserta didik yang utuh seperti yang diinginkan dalam tujuan pendidikan nasional.
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan suatu pendekatan sebagai urutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatam intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Peningkatan CBSA dari suatu proses pembelajaran berarti pula mengarahkan proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa atau dengan kata lain menciptakan pembelajaran berdasarkan siswa (Student Based Instruction). Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar.
B.   RASIONALISASI CBSA DALAM PEMBELAJARAN
Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang.
Gage dan Berliner secara sederhana mengungkapkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mebuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya. Dengan demikian, dalam belajar orang tidak mungkin melimpahkan tugas-tugas belajarnya kepada orang lain. Orang belajar adalah orang yang mengalami sendiri proses belajar.
Bertolak dari pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam konsep belajar seumur hidup dan konsep belajar serta kenyataan proses pembelajaran, maka peningkatan penerapan CBSA merupakan kebutuhan yang harus segera terpenuhi. Dengan penerapan CBSA, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh. Di sisi lain, guru diharapkan bekerja secara profesional, guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang mereka laksanakan secara sistematis, dengan pemikiran mengapa dan bagaimana menyelenggarakan kegiatan pembelajaran aktif (Raka Joni, 1992:11). Sehingga di kemudian hari penerapan CBSA pada gilirannya akan mencetak guru-guru yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan alam dan sosial budaya.

C.   KADAR CBSA DALAM PEMBELAJARAN
CBSA akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang tinggi apabila pembelajaran lebih berorientasi kepada siswa, dan akan terjadi sebaliknya bila arah pembelajaran cenderung beroientasi kepada guru.
Ada 7 (tujuh) dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar ke-CBSA-an yang dikemukakan oleh Mc Keachie, yaitu:
1.      Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
2.      Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.
3.      Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antarsiswa.
4.      Kekohesifan (kekompakkan) kelas sebagai kelompok.
5.      Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
6.      Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembelajaran.
         
            G


  S1  S2     S3    S4
 
Yamamoto mengungkapkan bahwa proses pembelajaran yang op[timal terjadi apabila siswa yang belajar maupun guru yang membelajarkan memiliki kesadaran dan kesengajaan terlibat dalam proses pembelajaran. Lindgren mengemukakan 4 (empat) kemungkinan interaksi pembelajaran, yakni:
1.      Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai penyamapi pesan dan siswa penerima pesan.


2.     
                  G


     S1     S2     S3     S4
 
Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana guru memperoleh balikan dari siswa.


3.     
              G


   S1     S2S3S4
 
Interaksi dua arah antara guru-siswa, dimana guru mendapat balikan dari siswa. Selain itu, siswa saling berinteraksi atau saling belajar satu dengan yang lain.


4.     
             G

S1                  S4

     S2        S3
 
Interaksi optimal antara guru-siswa, dan antara siswa-siswa.


 


Raka Joni (1992: 19-20) mengungkapkan bahwa sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakteristik berikut:
1.      Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri.
2.      Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar.
3.      Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara utuh dan setimbang.
4.      Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
5.      Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan.
D.   RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN CBSA
Hakikat CBSA adalah ketrlibatan intelektual-emosional siswa secara optimal dalam proses pembelajaran; dan setiap proses pembelajaran memiliki kadar CBSA yang berbeda-beda. Rambu-rambu CBSA adalah gejala-gelaja yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik dalam program maupun dalam proses pembelajaran. Rambu-rambu yang dimaksud adalah:
1.      Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan.
2.      Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya.
3.      Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran.
4.      Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
5.      Keingintahuan yang ada pada diri siswa.
6.      Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa.
7.      Kuantitas dan mualitas usaha yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong keaktifan siswa.
8.      Kualitas guru sebagai inovator dan fasilitator.
9.      Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran.
10.  Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran.
11.  Keterikatan guru terhadap program pembelajaran.
12.  Variasi interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran.
13.  Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
Rambu-rambu CBSA tersebut, akan dapat digunakan untuk m,engetahui kadar ke-CBSA-an suatu proses pembelajaran apabila dirumuskan kembali ke dalam bentuk panduan observasi atau instrumen lain.
E.   PENERAPAN CBSA
Konsekuensi yang harus diterima dari adanya pembelajaran berdasarkan siswa ialah:
1.      Guru merupakan seorang pengelola (manager) dan perancang (designer) dari pengalaman belajar.
2.      Guru dan siswa menerima peran kerja sama (partnership)
3.      Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya.
4.      Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar (learning requirements).
5.      Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.
6.      Tujuan ditulis secara jelas
7.      Semua tujuan diukur/dites.
Konsekuensi tersebut menuntut guru agar guru memiliki khasanah pengetahuan yang luas tentang teknik/cara penyampaian atau sistem penyampaian, dan guru juga harus memiliki kriteria tertentu untuk memilih sistem penyampaian yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Menurut Ausubel (1978), untuk dapat melihat lebih jelas kadar ke-CBSA-an dan kebermaknaan suatu proses pembelajaran, ada dua dimensi yang dapat dipertentangkan, yaitu:
1.      kebermaknaan bahan dan/atau proses pembelajaran, terentang dari belajar hapalan tanpa pemahaman (rote learning) sampai belajar penuh kebermaknaan (meaningfull learning).
2.      modus-modus pembelajaran, diklasifikasikan menjadi belajar reseptif, belajar dengan penemuan terbimbing, dan belajar dengan penemuan mandiri.
Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan proses pembelajaran, seorang guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor penentu tersebut adalah:
1.      Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau ditinggalkan sebagai hasil kegiatan.
2.      Karakteristik mata pelajaran/bidang studi, yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan, dan cara mempelajarinya.
3.      Karakteristik siswa, mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia, jenis kelamin, dan yang lain.
4.      Karakteristik lingkungan/setting pembelajaran, mencakup kuantitas dan kualitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya.
5.      Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman kependidikannya, dan yang lain.
Agar seorang guru mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang memiliki kadar CBSA tinggi, maka dalam memilih dan menentukan teknik pembelajaran atau sistem penyampaian hendaknya benar-benar mempertimbangkan kemanfaatan dari teknik pembelajaran yang dipilihnya. Kadar CBSA dalam suatu proses pembelajaran terllihat sejak guru membuat persiapan pembelajaran, yakni pada jabaran kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa.
F.    PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SEBAGAI BAGIAN DARI CBSA
1.      Rasionalisasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pengajaran
Terdapat dua aspek penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri siswa, dan aspek proses belajar yakni sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa. Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran mengandung makna untuk meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri.
Kegiatan pengajaran seringkali didasarkan pada dua premis yang terkadang tidak diungkapkan secara jelas, yaitu:
a.       Premis pertama mengungkapkan bahwa siswa belajar sesuatu bukan karena hal yang dipelajari menarik atau menyenangkan baginya, tetapi siswa belajar hanya ingin menghindarkan diri dari ketidaksenangan bila ia tidak belajar.
b.      Premis kedua mengungkapkan bahwa guru merupakan ”motor penggerak” yang membuat siswa terus-menerus belajar, dari pihak siswa tiada kegiatan belajar spontan.
Adanya dua premis tersebut mengakibatkan kegiatan pembelajaran cenderung menjadi kegiatan ”penjajahan”, atau ”penjinakan”, daripada sebagai kegiatab pemanusiaan. Untuk mengidealkan kegiatan pembelajaran di sekolah, salah satunya dengan penerapan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP), yang didasarkan pada hal berikut:
a.       Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perlu mengembangkan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa.
b.      Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal.
c.       Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu. Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemrosesan dan pemerolehan kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan.
2.      Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses dan Keterkaitannya dengan CBSA
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud, 1986 b:7). PKP dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.
Pendekatan keterampilan proses ini adalah:
a.       PKP sebagai wahana penemuan dan pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa.
b.      Fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan yang itemukan dan dikembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan proses pada diri siswa.
c.       Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa.
PKP tidak mungkin dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang tidak menerapkan CBSA, PKP berjalan secara optimal apabila kadar CBSA proses pembelajaran tinggi, dan sebaliknya. Dengan kata lain, PKP berinteraksi secara timbal-balik dengan penerapan CBSA dalam proses pembelajaran.
3.      Jenis-Jenis Keterampilan dalam Keterampilan Proses
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, yaitu terdiri dari:
a.       Keterampilan dasar (basic skills), yang terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.
b.      Keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills), terdiri dari: mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen. (Funk, 1985: xiii)
Keterampilan proses tersbut dikelompokkan menjadi beberapa keterampilan proses, yaitu:
a.       Mengamati
Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati memiliki dua sifat utama, yaitu sifat kualitatif (apabila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindera untuk memperoleh informasi, contoh: menentukan warna), dan sifat kuantitatif (apabila dalam pelaksanaannya selain menggunakan pancaindra, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat, contoh: menentukan suhu air yang mendidih dengan bantuan termometer)
b.      Mengklasifikasikan
Merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh: mengklasifikasikan cat berdasarkan warna.
c.       Mengkomunikasikan
Dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contoh: mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan.
d.      Mengukur
Yaitu membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contohnya mengukur berat badan.
e.       Memprediksi
Merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari mungkin dapat diamati. Contohnya memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan yang kecepatannya tertentu.

f.        Menyimpulkan
Dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui. Contoh: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa api lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat, siswa dapat menyimpulkan bahwa lilin dapat menyala bila ada oksigen.
Keterampilan proses terintegrasi pada hakikatnya merupakan keterampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Keterampilan terintegrasi tersebut ialah:
a.       Mengenali variabel
Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai atau konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Pengenalan terhadap variabel berguna untuk merumuskan hipotesis penelitian. Ada dua macam varabel, yakni variabel termanipulasi (manipulated variabel, atau variabel bebas, yaitu variabel yang dengan sengaja diubah-ubah dalam suatu situasi dan diselidiki pengaruhnya), variabel hasil (responing variabel, atau variabel terikat, yaitu variabel yang diramalkan akan timbul dalam hubungan yang fungsional dengan atau sebagai pengaruh dari variabel bebas). Kegiatan untuk mengembangkannya di antaranya menentukan variabel yang ada dalam suatu pernyataan.
b.      Membuat tabel data
Fungsinya untuk menyajikan data yang diperlukan penelitian. Kegiatannya di antaranya adalah membuat tabel frekuensi, membuat tabel silang.
c.       Membuat Grafik
Adalah kemampuan mengolah data untuk disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis sepanjang sumbu vertikal.
d.      Menggambarkan hubungan antar-variabel
Dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antar-variabel termanipulasi dengan variabel hasil/hubungan atara variabel-variabel yang sama. Kegiatannya antara lain menggambrkan hubungan variabel timbal-balik, dan hubungan variabel simetris.
e.       Mengumpulkan dan mengolah data
Adalah kemampuan memperoleh informasi/data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara lisan, tertulis, atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif sebagai dasar pengujian hipotesis. Kegiatannya antara lain membuat instrumen pengumpulan data, menentukan tingkat signifikansi hasil perhitungan.
f.        Menganalisis penelitian
Merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian. Kegiatan untuk mengembangkannya antaranya mengenali rumusan hipotesis.
g.       Menyusun hipotesis
Sebagai kemampuan untuk menyatakan ”dugaan yang dianggap benar” mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam satu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul. Kegiatannya antara lain menyusun hipotesis kerja, menyusun hipotesis nol.
h.       Mendefinisikan variabel
Dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikn variabel beserta segala atribut sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda. Kegiatan antaranya mengenal atribut variabel bebas.
i.         Merancang penelitian
Sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang diuji dan cara menujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Contoh kegiatannya adalah mengenali, menentukan, dan merumuskan masalah yang akan diteliti.
j.        Bereksperimen
Sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu. Contoh kegiatannya adalah menguji kebenaran pernyataan bahwa semua zat memuai bila terkena panas.
4.      Penerapan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran
Untuk dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, kita perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran/bidang studi. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu macam keterampilan proses.
Mengingat keterampilan terintegrasi dalam PKP merupakan keterampilan melaksanakan suatu kegiatan penelitian, maka penerapannya dalam pembelajaran hendaknya dilakukan dengan urutan yang hierarkis. Dengan kata lain, sebelum satu keterampilan dikuasai siswa jangan berpindah kepada keterampilan yang lainnya.
G.   PERBEDAAN SUMBER BELAJAR DAN BAHAN AJAR
Arief S. Sadiman dalam makalahnya yang berjudul Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran (2004) mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar.
Sedangkan dari sumber website bced mendefinisikan bahwa sumber belajar adalah informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. http://www.bced.gov.bc.ca/irp/appskill/ asleares.htm January 28, 1999
Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977), sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.
Bertolak dari beberapa definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa sumber belajar adalah tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi yamg dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Dari pengertian sumber belajar dapat kita temukan kata kunci:
1)  tempat atau lingkungan
2)  benda, orang
3)  mengandung informasi
4)  perubahan tingkah laku peserta didik.
Dari pengertian di atas, pada dasarnya sumber belajar dapat berupa:
a.       Tempat atau lingkungan, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya
b.      Benda, misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya.
c.       Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu yang dapat dijadikan nara sumber oleh peserta didik. Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
d.      Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk belajar.
e.       Buku, misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya.
f.        Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya.
Tempat, benda, orang, bahan, buku, peristiwa dan fakta tidak akan menjadi sumber belajar yang bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila tidak diorganisasi melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak, maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak bermakna apa-apa.
Berangkat dari pemikiran tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, mencerminkan kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Melalui bahan ajar yang disiapkan secara baik memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi dasar secara runtut dan sistematis. Penyiapan dan penggunaan bahan ajar secara baik dan tepat, pada akhirnya secara akumulatif peserta didik diharapkan dapat menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu :
1.      bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
2.      bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
3.      bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.
4.      bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan
5.      bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Adapun fungsi bahan ajar sebagai berikut:
a.       Bagi guru, sebagai pedoman yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
b.      Bagi peserta didik, sebagai pedoman yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c.       Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.